Dengan segenap hati kubiarkan diriku melebur malam bersama kesedihan yang mungkin hanya secuil kamu rasakan. Aku, membiarkan detik bergulir sesuka hatinya, sebebas aturannya! Aku hanya ingin menyaksikan kemana ia membawaku? Aku hanya ingin tahu, jawaban atas segala pertanyaan bodohku, tentang kamu.
Aku memang telah sok tahu mengenaimu. Bangga dengan kebersamaan yang tak lagi balita. Ternyata kamu hanya setitik tinta yang belum terukir utuh. Sedang aku, goresan benang kusut yang tak mungkin indah dipandang.
Usia kebersamaan kita memang telah tua, tapi bukan berarti ia harus mati begitu saja. Meski ia tak lagi balita, tapi ia harus penuh gelak tawa. Mengapa kebersamaan bernyawa? Jangan sampai! Jangan sampai ia bernyawa. Bisa-bisa mati ditelan usia. Biarkan ia menjadi kebersamaan saja. Biarkan. Aku tak butuh ruh untuknya. Aku sendiri yang akan menghidupkannya!
Buktinya! Kamu menyuruhnya mati
Kenapa ia mati malam ini? Apakah kita telah membunuhnya? Betapa jahatnya. Ah sudahlaaah. Ia bukan kucing dengan beberapa nyawa. Esok hari, biar aku berdoa pada Tuhan untuk meniupkan ruh segar padanya.
Agar ia kembali hidup.
Ingat sayang... tak ada mati sementara. Jika mati, maka akan mati selamanya
:')