Aku, Aul. Bertemu dengan Len ketika berjalan sendirian malam-malam di jalan raya yang lengang. Aku memang senang keheningan, meski tercipta di jalan raya yang sudah sepi dari lalu-lalang kendaraan. Len, si pria baik yang kukenal malam itu kini selalu mengikutiku kemana saja aku pergi. Atau mungkin Len telah menguntitku sejak lama sebelum pertemuan pertama kami di jalan raya.
"Hei! Kamu mau mati, ya?"
Aku pikir aku tidak akan pernah mati jika berjalan di tengah badan jalan raya yang tidak dilalui kendaraan satupun.
"Aku mau pulang ke rumah, bukan mau mati"
Aku ingat sekali raut wajah Len saat mendengar jawaban dariku. Jika kuumpamakan, mirip dengan Marry Jane saat mendengar jawaban Peter Parker di restaurant. Namun kali ini bukan kecewa melainkan heran yang berkali lipat.
"Jangan jalan di badan jalan, kalau ada mobil lewat baru tahu rasa!"
"Ya, terimakasih..."
Digandengnya aku oleh Len menuju trotoar.
"Aku Len..."
Belum selesai menyebutkan siapa namanya, aku pergi, berlari meninggalkan pria baik yang baru saja menolongku. Menolongku untuk sadar, bahwa jalan raya bukan tempat sepi yang dapat kunikmati.
Aku yakin, esok lusa akan bertemu kembali dengan Len. Entah kenapa, tapi Len memang pria baik yang Tuhan kirimkan untukku. Dan benar saja! Beberapa hari setelah awal pertemuan kami, aku melihat Len sedang menyesap secangkir teh di sebuah kafe. Tepatnya, kafe tempat yang sering aku gunakan untuk menulis.
"Kamu ngikutin aku, ya?"
Mendengar ucapanku Len terperanjat seperti maling yang tertangkap basah mencuri.
"Aku daritadi disini!"
"Oh, begitu... Aku kira kamu ngikutin aku"
"Hahaha, kebetulan aja kita ketemu"
"Ya sudah... Aku duduk di sebelah sana, ya"
Len mengangguk dan melemparkan senyumnya. Baik, kali ini lemparan itu jatuh tepat disini. Dihati...
AUL
No comments:
Post a Comment