“Aku mau jadi pacar kamu asal...
kucingku sudah mati”
"HAH?!!!"
Alan terperanjat mendengar kalimat itu. Bagaimana tidak? Setahun ini mengejar cinta Nadin tetapi akhirnya jawaban itu yang ia dapat ketika menyatakan perasaannya.
Alan terperanjat mendengar kalimat itu. Bagaimana tidak? Setahun ini mengejar cinta Nadin tetapi akhirnya jawaban itu yang ia dapat ketika menyatakan perasaannya.
“Haha,
maksud kamu apa Nad?”, masih menganggap kalimat Nadin itu guyonan dan sedang
salah tingkah ditembak seorang lelaki.
“Kamu
pikir aku main-main? Lebih baik kamu pulang dan tunggu sampai Lis mati”, jawab Nadin melemparkan senyumnya kepada Alan yang masih mematung dengan
seribu pertanyaan di kepalanya.
Alan pikir bicara cinta itu perkara mudah. Tapi untukku, itu adalah hal terumit di dunia ini dibandingkan teori-teori Laswell yang memekakkan telinga setiap kali dosen membahasnya. Pagi tadi, Alan mengetuk jendela kamar. Iya, pagi sekali. Bahkan matahari pun masih tertahan kantuk untuk bersinar dan menerobos masuk melewati dahan pohon sebelah kamarku.
"Alan???"
"Nad. Aku perlu ngomong sama kamu, penting!"
"Kamu sehat, kan? Ini jam berapa?"
"Aku sehat dan tahu ini jam lima pagi. Tapi kamu harus denger apa yang bakal aku omongin"
"Kamu mau bilang kamu sayang sama aku, ya?"
JLEB! Begitulah kurang lebih terdengar suara hati Alan. Iya, dapat kulihat dari air mukanya yang berubah seketika saat kujawab demikian. Entah pintar ataukah terlalu bodoh, aku menjawab sekenanya dan mematikan api semangat di diri Alan. Tak lama kemudian kepala Alan menunduk perlahan, tangan kiri yang ia sembunyikan di punggungnya ia gerakkan menuju ke arahku. Setangkai bunga mawar. Ah, terlalu dramatis memang.
"Kamu sudah tahu, mau apa lagi?"
"Jadi benar ya tebakanku, Lan?"
Alan mengangguk lemas dan aku tersenyum bahagia.
"Aku mau kamu jadi pacarku, Nad"
"Aku mau jadi pacar kamu asal... kucingku sudah mati"
"HAH?!!!!"
***
Gila memang! Sepanjang sejarah, baru kali ini ditolak cinta dengan alasan nggak masuk akal. Apa sih hebatnya Lis?! Kucing mana yang bisa kasih cinta dan perhatian! Hhhhh! Salah besar memang ngejar cintanya Nadin. Sampai ke ujung duniapun rasanya mustahil.
"Serius ditolak, Lan?". Natan, teman yang memberi ide untuk datang jam lima pagi dengan setangkai bunga mawar merah yang dipetik di pagar rumah tetangganya Nadin. Maklum, rencana ini datangnya tadi malam ketika sudah terjun ke kasur, jadi kurang persiapan apapun.
"Bukan ditolak. Tapi disuruh nunggu sampe kucingnya mati. Kalau kucingnya mati, Nadin baru mau jadi pacar gue, Nat"
"Hahaha. Konyol!"
Tawa Natan menusuk ke telinga dan perihnya sampai ke hati. Ngejar cinta sampai setahun lamanya bukan perkara gampang. Jatuh bangun, timbul tenggelam, semuanya sudah jadi makanan sehari-hari. Ah sial memang!
***
"Natan, kamu lihat Alan, nggak?"
"Tadi dia bilang nggak akan masuk kelas, Nad"
Begitulah informasi yang diperoleh Nadin dari Natan, sahabat Alan. Nadin merasa bersalah karena berpikir ini semua karena ulahnya pagi tadi sehingga Alan hilang muka jika bertemu Nadin di kelas. Maka ia memutuskan untuk datang ke rumah Alan selesai jam kuliah.
"Lan. Jangan diem gitu, dong...!"
"Abis, bingung mau apa? Hehehe"
"Maafin Nadin, ya? Kamu pasti malu banget dan nggak percaya diri lagi kalau ketemu Nadin"
"Nggak kok, Nad"
Wajah Alan memerah. Nyaris mirip buah cherry kesukaan Nadin. Kepolosan Nadin adalah alasan jatuhnya hati Alan kepadanya, tetapi kepolosan Nadin kali ini benar-benar menjatuh bangunkan harga diri Alan dihadapan Nadin.
"Nad, aku mau futsal. Mending kamu cepet pulang, deh"
Alan mulai ketus dan berusaha agar Nadin segera pulang karena terlanjur kehilangan muka dihadapan Nadin.
"Oh begitu. Ya udah, aku pulang ya, Lan..."
"Iya, hati-hati. Maaf aku nggak bisa nganterin kamu, harus jemput Natan mau futsal"
"Iya, nggak apa-apa"
Alan mengantarkan Nadin ke pintu. Nadin melangkahkan kaki menuruni beberapa anak tangga dan berjalan memunggungi Alan.
"Laaan! Ingat ya, kita jadian kalau kucingku sudah mati"
Teriak Nadin ketika hendak melangkah keluar pagar, Nadin tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Alan, sedangkan yang diberi lambaian hanya tersenyum simpul dan mengangguk saja dengan pertanyaan yang menggunung.
"Gue saingan sama kucing?"
(bersambung...)

No comments:
Post a Comment